Thursday, 1 February 2018

May.

Holla!

It's been a while, since the last post. Lumayan kaget dengan pekerjaanku yang menyita tenaga, waktu dan pikiran, hohoho.

Kali ini akan sedikit mellow, tentang bagaimana aku menghadapi jarak dan waktu.

Hampir tiga tahun bersama, banyak yang dilalui, dari mulai kehidupan sama-sama sedang berkuliah, kemudian aku kerja dan dia masih kuliah, dan sampai sekarang sama-sama bekerja. Kita pada dasarnya memang tidak terlahir di kota yang sama, cuma ketemunya di kota ini, Bandung. Dia aslinya orang Jakarta, cuma kuliah aja di Bandung dan yup, ketemu aku di sini, pacaran deh.

Dipikir-pikir, waktu pacaran satu kota itu indah banget ya, enak banget, paling lama ga ketemu itu sekitar seminggu, sisanya pasti sempetin untuk ketemu-ketemu lucu.

Dulu jaman kuliah, jarak Jatinangor dan Cimbuleuit itu bukan halangan, dia sebisa mungkin jemput aku, masa-masa itu boros banget! Tapi ya masa-masa indah awal pacaran sih ya hihi, aku susah dikit pasti dijemput, aku pulang malem dikit pasti dijemput. Dia memang pada dasarnya orang yang sangat baik.

Setelah lulus, aku kerja dan dia kuliah, rutinitas itu masih berlangsung cuma memang ga se-intense masa-masa kuliah, paling dijemput seminggu dua kali, karena dia juga fokus skripsian dan aku juga ga mau terlalu menganggu, tapi untuk kencan selalu aja ada waktu. Paling tidak bertemu muka itu pasti. Entah aku nemenin skripsian, atau ya melepas kangen aja.

Masa-masa tersebut memang lama sih, sekitar dua tahun lebih, terlanjur nyaman sampai pada akhirnya kaget menghadapi kenyataan, dia pada akhirnya lulus dan kembali ke kota asalnya, Jakarta. Bersyukur banget dia ga nunggu lama dari kelulusan, langsung dapet pekerjaan, dan aku pikir sangat nyaman untuk personality-nya

Kami berkomitmen untuk selalu menjaga komunikasi, dan ga pernah juga terpikir tidak dapat menjalani hubungan jarak jauh ini, toh jaraknya cuman dua jam kan? Kami rasa bukan masalah besar, jarak bukan suatu hambatan untuk terus bersama. Hahaha.

Ternyata salah, jarak dan waktu itu ga bisa dianggap enteng, mereka berdua itu musuh buatku, entah ya buat dia. Pola komunikasi kami lambat laun berubah, karena dia kerja sampai malam, ya sekitar jam delapan malam, pulang sampe rumahnya, capek dan pasti ingin istirahat. Aku juga tidak segitu teganya bilang "nanti dulu tidurnya, aku pengen ngobrol". Tiap mau bilang gitu, cuman sampe tenggorokan, karena kalo ngebayangin capeknya jadi dia, ga tega aja. Kalau ada waktu untuk telponan, setelah lima belas menit dia bilang "aduh ngantuk", dan rasanya aku juga ga punya kuasa untuk bilang "bentar atuh kan baru sebentar ngobrolnya". Jadi, setelah itu dia pergi tidur dan aku pergi melamun, hahaha.

Sejujurnya aku tidak terlalu mempermasalahkan tentang komunikasi yang lambat laun berkurang, yang penting dia masih ada buatku, dia masih milikku. Itu cukup, sih.

Tapi, ternyata musuh satu lagi muncul, rasa iri. Iri juga ternyata masalah yang sangat besar ya, dan sangat kompleks, terkadang aku juga kesal sendiri dengan bagaimana dia menghabiskan larut-larut malam bersama teman-temannya, dan kadang aku merenung "kalau bisa ngobrol sampai larut malam begitu sama aku, asyik juga ya". Tapi, aku juga toh tidak bisa egois, dia juga butuh hiburan. Mengempani diriku sendiri bahwa everything will be okay, will be. Selama kami masih berkomunikasi, semua akan baik-baik saja.

Baru sadar, ternyata aku posesif, ga suka kalau ada yang mendapat atensi dari dia sebanyak itu, senggak suka itu, Setelah pola komunikasi yang mulai berkurang, "waktu" buatku juga berkurang, ternyata adalagi ya... Aku tidak ingin dia nyaman sama orang lain selain aku, titik. Tapi, ternyata ada. Masalah ini, leads us to something called "breaking up", sejujurnya dibenakku tidak pernah ada pilihan ini, terpikir pun tidak, tapi dibenak dia pilihan ini ada. Dan menurutnya, pilihan tersebut adalah pilihan terbaik yang bisa diambil, merasa kalah? Iya, tapi dia bilang "jangan dibandingkan".

After soooo many fights, soooo many tears and soooo many "we need to end up this relationship" came out from his mouth, aku menyerah, dan ikhlas kalau memang hubungan yang benar-benar aku pertahankan ini berakhir. Its okay, I told myself to be strong, dan ikhlas.

Akhirnya, kami memutuskan untuk paling tidak bertemu sebelum semuanya berakhir, perjalanan itu, perjalanan paling menyiksa seumur hidupku, Bandung-Jakarta yang paling menyiksa, sendirian dan memikirkan bahwa mungkin ini kali terakhir bertemu, setelah hampir tiga tahun bersama, setelah begitu banyak memori, akan berakhir. "Aku pasti jemput", dia bilang. Dia, masih menjadi orang yang sangat baik, sampai saat ini.

Selama perjalanan, aku melihat cincin pemberiannya, dan kata-kata tentang bagaimana dia ingin bersamaku selamanya, kala itu. Ternyata, aku tidak cukup kuat.

Kereta itu sampai ditujuannya, dan juga aku. Baru pertama kali aku takut bertemu orang yang selama ini aku tunggu kedatangannya, mungkin sebenarnya aku takut menghadapi kenyataan yang akan terjadi setelah kami bertemu. Atau, membayangkan apa aku bisa kembali "normal" setelah pertemuan ini.

Aku turun dari kereta itu, dengan, sungguh hati yang berat. Aku bilang aku sudah sampai. Aku menuruni tangga, juga sambil mencari dia.

And, I saw him, from far away, looking for me, wearing his work shirt, tired yet worried face and I know that the exact moment he saw me, he still in love with me.

Sunday, 26 February 2017

The Journey Starts To Begin: Magang Bakti BCA

Holla!

Ceritaku kali ini mengenai perjalananku sampai menjadi Peserta Training Magang Bakti BCA, karena sampai saat ini aku masih OJT sebagai Teller BCA di KCP Taman Kopo Indah. Sho, wish me luck!

Yang akan aku share kali ini adalah bagaimana aku melewati berbagai seleksi untuk menjadi Peserta Magang Bakti BCA, dari awal aku akan ceritakan. Jadi, kalau ada yang masih nyari informasi mengenai Magang Bakti BCA, semoga postingan ini membantu kamu-kamu-kamu ya!

First of all, aku daftarin diriku di Job Fair yang ada di Landmark Braga, Bandung. Sekitar pertengahan Desember 2016. Antrian buat naro CV di booth-nya aja puanjang buanget! Yaiyalah, siapa yang ga mau kerja di BCA (ya ada aja sih yang ga mau). Dari naro CV aja, udah ada sistem gugur loh. Pokonya harus di bawah 25 tahun. Kalau kamu udah 25 tahun kamu udah ga bisa daftar. Jadi di depan aku ada yang langsung ditolak, fighting eonni! Fyi, lowongannya cuman ada dua ya untuk Magang Bakti ini, Teller dan CSO. Kalau mau jadi staff back office, beda jalur ya. Oh iya dan ada informasi-informasi yang akan aku tulis di bawah, make sure you read all this post, ya! Setelah taro CV, yasudah kupulang.

Sebulan ga ada kabar, sampai pada titik aku ga mikirin lagi, tiba-tiba tak dinyana ada SMS masuk untuk ikut interview di BCA Learning Center, Antapani, Bandung. Seneng banget! Setelah itu aku nyiapin semua yang aku perlukan, yaitu mental. Hohoho, karena sejujurnya ga disuruh bawa apa-apa di SMS tersebut. Terus saat hari H, ada sekitar 20 orang di satu ruangan tersebut, lupa aku nama ruangannya, pokonya nama pulau di Indonesia aja. Aku pikir, ko sedikit amat ya yang interview? Apa emang seleksinya sedikit-sedikit atau gimana ga tau deh. Terus aku dipanggil untuk masuk ke ruangan yang lebih kecil, cuman ada aku dan seorang psikolog, diukur tinggi badanku, abis itu disuruh duduk dan ditanya tentang tiga kekurangan dan tiga kelebihanku. Abis itu apa coba? Disuruh pulang. Pas mau pulang dikasih tau kalau ga ada kabar lebih dari sebulan berarti ga lolos. Ikhlas, ikhlas.

Dua belas hari berselang dari interview awal, aku dapet SMS lagi, disuruh datang ke tempat yang sama untuk psikotest, bersyukur banget! Hamdalah bisa sampai ke tahap ini aja bersyukur, terus disuruh bawa alat tulis, ya perlengkapan psikotest pokoknya. Dianterin mamah dan bapa, da aku datengnya telat, macet dan hujan! Disuruh dateng jam setengah sembilan aku baru sampe jam sembilan kurang.

Untuk psikotest, kira-kira ada 132 orang, banyak banget ya, terus psikotestnya dilakukan 2 sesi dalam satu hari tersebut. Kalau sesi 1 gugur, ya udah pulang, kalo lanjut sampe jam setengah 4 sore. Untuk sesi pertama, seperti psikotest pada umumnya, ada tebak gambar bersambung, test hitung logika, dan lain-lain. Setelah selesai sesi pertama, kami dipersilahkan untuk makan, di provide oleh BCA loh makan siang kita, jadi ga perlu pusing cari makan. Setelah selesai makan siang, pengumuman yang lolos pun sudah ditempel, alhamdulilah! Nomor urutku ada di kertas HVS yang ditempel, masih berkesempatan untuk ikhtiar, dari 132 orang, dipangkas habis menjadi sekitar 30an orang. Sesi kedua merupakan tes pauli (google ya tes pauli itu apa) dan itu adalah tes yang aku paling ga suka, susah! Setelah tes pauli, ada tes wartegg, abis itu gambar orang dan gambar pohon. Selesai psikotest sesi kedua, kami diperbolehkan pulang dan seperti biasa, diberitahukan kalau tidak dikabari lebih dari sebulan berarti ga lolos.

Sepuluh hari berselang, SMS datang lagi! Alhamdulilah, ga berhenti bersyukur. Kali ini SMSnya berisi tentang undangan interview user di KCU Asia Afrika, Bandung. Datang menggunakan blazer, rambut dicepol dan dandan, disuruhnya gitu waktu akhir sesi dua psikotest, ketemu tiga orang yang udah nunggu dipanggin interview user juga, dan mereka adalah orang-orang yang psikotestnya bulan Oktober 2016! Ngobrol-ngobrol akhirnya ada juga yang datang, total ada 7 orang yang di interview hari itu, 4 orang yang sejadwal psikotestnya sama aku, dan 3 orang lagi dari psikotest tahun lalu, interview-nya sendiri berjalan santai, berbagi pengalaman dan memberitahukan bahwa tanggung jawab yang dipikul seorang Magang Bakti itu tidak main-main. Selesai sesi interview user, kami diberitahukan kalau ga ada kabar lebih dari sebulan, yasudah bye-bye.

SATU HARI BERSELANG, aku ditelpon! Untuk apa? Medical Check-Up! Alhamdulilah, alhamdulilah, alhamdulilah. Ga berhenti berucap syukur. Langsung ke KCU Asia Afrika, ambil surat pengantar, dan cus MCU ke tempat yang sudah ditentukan. Abis itu pulang lagi, tunggu kabar lagi.

Di sinilah, ujiannya aku dan temanku Elvina, dari semua yang ditelpon untuk MCU, tinggal kami berdua yang belum dikabari tentang kelanjutan dari hasil MCU! (Jaraknya seminggu dari MCU) Kelima teman kami yang bareng di interview user udah dikabari, kami berdua belum, galau! Nangis banget, karena udah berharap. Sehari, dua hari, tiga hari ga ada kabar, sedangkan kelima teman kami udah jelas jadwal Training Magang Bakti, 

Dan hari selanjutnya aku ditelpon! Dikasih tau jadwal tanda tangan kontrak dan training.Senang buanget, sabar, sabar dan sabar makannya jangan nethink mulu! Hehe, Iya aku yang sekarang selalu posthink, supaya vibesnya ikut positif. Dan... Belum selesai loh, masih ada sistem gugur di Training Magang Bakti itu sendiri, so yap, harus terus berusaha memberikan kemampuan yang terbaik sampai akhir masa training. Ganbatte!

Informasi-infomasi Magang Bakti BCA:
*Umur HARUS dibawah 25 tahun.
*BOLEH pakai kacamata.
*BOLEH pakai kerudung.
*Tinggi badan standar, ada temenku yang pendek lolos-lolos aja.
*Boleh daftar untuk lulusan SMA, D3 dan S1. Yang membedakan adalah gaji.
*Gaji DI ATAS UMR.

Hope those information helpful enough ya!


Kehidupan setelah W-I-S-U-D-A

Holla!


Sudah lama ga buat blog, karena kesibukanku bikin tugas akhir, abis itu ngurusin sidang dan akhirnya W-I-S-U-D-A! Resmilah daku jadi alumnus Universitas Padjajaran. Berasa tua banget, masih inget banget padahal waktu pertama kalinya nari jaipong di taman kanak-kanak, kemarin udah pake toga dan bikin nangis mamah-bapa.

Setelah acara wisuda, welcome to the real world, honey! Nganggur! Tapi ga berapa lama aku keterima kerja sih, di... adalah suatu tempat, aku di sana bertahan cuman dua bulan, karena jauh banget dari rumah, terus apa yang aku dapet ga worth it, tempat kerjanya ga representatif. Bertahan di sana karena (yang dibutuhin setiap lulusan baru) pengalaman, kalo ga punya pengalaman itu mau CV sebagus apa juga yaaa... Gitu deh. Setelah aku sakit sekitar seminggu, alergi parah! Sampe ga bisa dikenalin mukaku, aku resmi mengundurkan diri. Udah yakin banget, setelah berbagai hal yang tidak enak itu, atasanku juga ga bikin betah, jadi buat apa aku bertahan, sudahlah ikhlaskan saja, padahal backingan kerjaan ga ada, jadi ya... Nganggur.

Ga berapa lama, alhamdulilah, ada ajakan dari temenku untuk gabung dengan agency dia, semacam PR Consultant, tapi masih berkembang, timnya sendiri cuman aku dan dua temanku (yang baru aku kenal karena pernah ada project sama tempat kerjaku dulu). Fast Forward to the point is, pekerjaan ini ga bisa menghidupi aku, aku harus cari pekerjaan lain yang bikin aku mandiri, ga nyusahin ortuku terus.

Dengan pekerjaanku itu, aku tetep cari-cari, lamar sana-sini dari Jobstreet, Jobsid, dan sebagainya, ga lupa juga aku masukin ke berbagai JobFair, yang bikin sulit itu adalah aku lulusan D3, jadi ga banyak lowongan yang bisa aku daftarin.

Galau berat, seminggu, dua minggu, tiga minggu ga ada panggilan satupun, pesimis banget dan pikiranpun mulai berdatangan, apa aku kurang bersyukur dengan pekerjaanku waktu itu ya? Dan lain-lain, tapi ga kebayang kalo aku tetep di sana! Ikhlas, terus ikhtiar, dan berdoa. Gak lama ada panggilan dari anak perusahaan BRI, pas udah dateng ke sana ternyata jadi agen asuransi, jadi ya kerja dengan target gitu, aku akhirnya mengundurkan diri dari interview tersebut, dari awal ga mau coba-coba. Its not for me, aku ga bisa mem-persuasi orang supaya mau ikut apa kataku (padahal PR). So yah, bukan jodoh pekerjaanku.

Ga lama setelah itu, ada SMS masuk untuk panggilan interview dari BCA! Senengnya bukan main karena aku memang kepingin kerja di BCA, semacam ada ketertarikan aja gitu. Tapi ini kan baru intervew awal, jadi ya... Perjalanan masih panjang, buanget!

P.S: Aku akan cerita bagaimana aku melewati semua tahap-tahap seleksi Magang Bakti BCA di Blogku selanjutnya, shoooo stay tune!



Friday, 18 March 2016

Orthodontical Treatment

Holla!

Aku akan membahas tentang pengalamanku melakukan perawatan orthodonti atau yang lebih dikenal dengan pemasangan behel. Langsung aja tanpa basa-basi, dirawat ortho itu sakit! Sakit banget loh, jadi kalo ada pembaca yang numpang lewat dan kepikiran buat melakukan perawatan ortho jenis ini bakal tersiksa sampe bertahun-tahun. Siapkan mental, waktu dan tentunya dana. Aku akan jabarkan step-step apa aja yang akan dilalui oleh para -pejuang gigi rapi-

Pertama, seperti pada umumnya ya aku memilih dokter gigi mana yang akan aku datangi untuk perawatan ortho, bingung sih tentang nyari dokter yang murceu tapi bukan abal-abal, akhirnya dapat juga rekomendasi dari beberapa orang tentang perawatan ortho di RSGM Universitas Padjajaran, Bandung. Letaknya di Jl. Sekeloa, Dipatiukur. Harganya miring, ya kalo kita ke dokter sp orthodonti yang buka klinik sendiri, jarang yang di bawah Rp. 5 juta, tapi kalo di RSGM Unpad itu spesialisnya aja Rp. 5 juta, jadi lumayan murceu kan ya? Nah, tapi uang segitu dapet darimana duh namanya juga mahasiswa ya, ga mau terlalu ngerepotin orang tua karena perawatan ini masih full disponsori sama mamah dan bapa, aku nyari informasi lagi di pusat informasi RSGM dan dapatlah harga Rp. 3,5 juta. Tapi bukan sama spesialis, melainkan dirawat oleh residen spesialis orthodonti. Setelah itu ketemu dokternya dan yang bikin kaget adalah, informasi yang aku dapet itu, agak sedikit salah, jadi Rp. 3,5 juta tuh buat yang memiliki masalah dengan rahang, kalo aku, karena cuman gigi aku yang konflik, aku cuman kena biaya perawatan Rp. 2,5 juta aja. Tau ga, kalo di klinik sp ortho tuh biaya cetak gigi bisa nambah sekitar Rp. 600ribu, tapi kalo di sini harga tadi udah termasuk cetak gigi. Jadi shock sendiri, karena udah nyiapin budget di atas itu. Syukurlah, fyuh! Fyi, bayarnya juga dicicil hahaha.

Info:
Kalo ada viewers di sini yang mau melakukan perawatan ortho, harus dan wajib ke spesialis orthodonti ya! Dokter gigi umum sekalipun ga memiliki hak untuk melakukan perawatan orthodonti, soalnya perawatan ortho itu punya ilmu sendiri, dan ga bisa didapet dengan ikut seminar-seminar gitu, nah kenapa aku pake residen orthodonti? Karena murceu nya itu... Tapi, residen ortho memiliki hak karena mereka adalah mahasiswa calon spesialis ortho, mereka udah dilantik jadi drg, tapi belum spesialis, aman kok karena perawatan kita juga diawasi oleh dosen mereka, yang bukan lain adalah spesialis orthodonti.

Kedua, foto gigi atau mungkin tepatnya rontgen dan perbaikan gigi-gigi berlubang, masalahnya adalah gigiku itu berlubang banyak, jadi harus ditambal dulu, aku habis untuk nambal gigi pake sinar itu sekitar Rp. 800rb untuk 6 gigi, apa 8 ya? Lupa. Perawatan penambalan gigi dilakukan sama dokter yang berbeda, yang ini bisa umum kok. Terus untuk foto gigi, aku foto di Lab Pramita, aku foto gigi dua jenis yaitu panoramic dan cephalomentri, biayanya Rp. 400rb. Seharusnya sih ada step pembersihan karang gigi, tapi aku engga disuruh karena gigiku ga ada karangnya, yuhu!

Ketiga, cetak gigi, cetak gigi itu ugghh enek, baunya sih enak kaya peppermint gitu, tapi diteken sampe ke deket kerongkongan jadi kan suka mual, dan prosesnya ya agak lama, nunggu 10 menit untuk satu rahang. 

Keempat, pemasangan karet separator, ini sakit banget! Aku susah makan selama 3 hari, jadi si karet kampret ini dipasang di empat gigi yang bakal ditaruh ring kawat, karena pemasangan ring itu butuh ruang, jadi si 4 gigi ini diregangkan secara paksa, barulah ring itu bisa masuk.

Kelima, pemasangan bracket dan teman-temannya, inilah yang ditunggu-tunggu setelah sekitar sebulan lamanya aku bulak-balik ngurusin pra-perawatan ortho, akhirnya dipasang juga! Setelah dipasang aku susah senyum, dan ngerasa ada benda asing di gigiku, sehari kemudian penderitaanpun dimulai, sakit banget! Ga bisa makan apa-apa, cuman bisa bubur aja, bener-bener susah makan, gigi ketemu gigi tuh rasanya wiiiiiingggg gitu, linu banget. Tapi aku denger dari cerita temen, mereka tuh sakit sampe 2 minggu, tapi karena aku anaknya suka makan dan akan melalui apapun untuk makan, akhirnya sakit gigiku reda dihari ketiga, dan hari keempat udah ga berasa apa-apa. 

Mungkin sekian aja cerita step-step perawatan ortho-ku, semoga membatu pembaca untuk membayangkan bagaimana step yang akan dilalui saat akan merawat gigi kalian! :)

P.S: Please make sure that you NEED this orthodontical treatment, it won't makes you prettier when you wear it, I mean it. But if you really NEED this treatment, you shall go catch 'em, it will makes you prettier when you're done :)

Mom's Bakery, Feels Like Home

Holla!

Aku akan me-review tentang cafe sehat bernama "Mom's Bakery", tapi diselingi dengan curhat-curhat dikit ya!

Seperti biasanya masnya jemput aku di rumah, yang ga biasa itu dia dateng pagi-pagi, sekitar jam 9 udah sampe rumah dan seperti biasanya juga hari itu aku masih dandan di kamar. Masnya nunggu di ruang tamu dan aku siap-siap dandan rapi dan "sopan", karena bakal jemput ibu masnya di travel Cipaganti di daerah Pasteur. Akhirnya setelah siap-siap, cuss deh aku dan masnya ke TKP, tapi pas ditanya ibu masnya masih jauh banget sedangkan kita udah sampe pasteur. Dalam keadaan lapar, aku dan masnya akhirnya ambil kiri dan nemu tukang kupat tahu petis, yaudah deh kita melipir makan di situ. Lapar buuu, jadi ga konsen nyetir juga kata si masnya.

Setelah selesai makan, ditanya lagi ibu masnya udah deket, akhirnya kita turun ke travel, nunggu sebentar dan datanglah ibu masnya, setelah ambil barang dari bagasi mobil meluncurlah aku, masnya dan ibu masnya ke mobil masnya. Setelah itu kita makan (lagi) di food court sebelah heritage karena ibu masnya pengen es oyen dan siomay, perut aku dan masnya masih kenyang jadi aku sama masnya pesen dimsum aja 3 tray, dan si masnya pesen sekoteng panas di siang hari bolong (hobi banget mesen makanan-makanan unik tuh).

Waktu buat check-in di Hotel Panghegar itu jam 2 teng, jadi aku, masnya dan ibu masnya bingung mau kemana, sekitar jam 12an akhirnya memutuskan buat keliling heritage sama cascade, perasaan udah muter lama-lama eh masih aja jam setengah 1, puter otak dan puter hape, ibu masnya bilang mau cobain Mom's Bakery yaudah tanpa ba-bi-bu kesana deh kita.

Mom's Bakery itu ada di Jl. Progo No. 18, sebrang-sebrangan sama parkiran Jonas. Tempat parkirnya kecil, cuman muat beberapa mobil, dan pas masuk juga spot nongkrongnya ga begitu banyak, tapi menurutku tempatnya cozy, terus hangat, ACnya waktu kita dateng tuh dimatiin, tapi tetep ada angin sepoy-sepoy. Nentuin tempat buat duduk, masuk deh kita ke ruangan yang harumnya bukan main, wangi roti berbagai macam rasa, enak! Bikin rileks (iya sih aroma makanan selalu membuatku rileks) tapi sayang pas sampe sana, udah banyak jenis roti yang ga ada, jadi rumor-rumornya kalo mau komplit itu datengnya pagi-pagi, soalnya jam 10 pagi aja udah pada abis. Rotinya tuh sehat dari bahan-bahan terpilih, kalo ga salah semuanya gandum.

Pada akhirnya aku ga beli apa-apa, abis bingung kenyang banget, ibu masnya belanja banyak, ga tau rasanya apa aja, buat bapa masnya nanti di hotel kalo-kalo mau, terus masnya nyobain sandwich yang jadi rekomen menu di sini, kita disuruh milih mau rotinya apa, daging isiannya apa, terus dressingnya mau apa, pokoknya milih sendiri. Masnya milih black charcoal bread, terus diisi sama smoked beef, dressingnya pake cheesy olive, dan sausnya aku lupa, thousand island atau apa gitu. Untuk minumnya aku standard sih beli ice choco frappe (kalo ga salah namanya itu), masnya americano coffee, dan ibu masnya ice tea.  

Pas dateng, gede banget ternyata itu sandwich warnanya item (yaiyalah judulnya aja black charcoal), dagingnya tumpeh-tumpeh, banyak banget! Akhirnya masnya nyobain makanan yang di pesan, aku ngobrol ngalor-ngidul sama ibu masnya, terus kata masnya ini sandwich enak, tapi kebanyakan, jadilah aku juga ikut berpartisipasi buat ngabisin, pas nyobain itu, wow enak loh, kaya rasa gitu, dan ga pelit sama dagingnya, rotinya empuk enak beda dari yang lain, cheesy olive nya ga kebagian karena udah dicemilin ibu masnya, jadi itu sandwich gotong-royong kita abisin berdua.

Foto masnya ala-ala banget, semoga membantu memperlihatkan seperti apa tempatnya ya (kayanya engga ya?)
Kesimpulannya ga akan rugi dateng ke sana, dan worth it dengan harga yang well ga bisa dibilang murah, range roti-rotian sekitar Rp. 15-30ribu, ada juga variant cupcakes, cheese cake, dan lain lain mulai dari Rp. 25ribu dan untuk sandwich mulai dari Rp. 30ribu, ada menu untuk vegan juga, kalo yang masnya pesen itu Rp. 50rb. Range minuman dari Rp. 15ribuan, yang aku pesen itu Rp. 30rb. Minumannya sih standarlah ya namanya ice choco frappe, masa ga enak?

Kesimpulannya, cobain deh! Apalagi sadwichnya top deh!

Semoga review ini membantu ya, segitu dulu dari aku see you!

Thursday, 17 March 2016

Hakata Ikkousha, Best Ramen in Town!

Holla!

Kali ini aku ingin so-soan me-review salah satu restoran ramen yang buka cabang di Kota Bandung. Sedikit cerita tentang Hakata Ikkousha, mereka merupakan restoran yang berasal dari Jepang yaitu dari daerah Fukkuoka Hakata, ramen ini merupakan ramen terbaik di sana. Bahan-bahannya fresh dan langsung diimpor dari sana, juga si kuahnya itu merupakan warisan yang emang harus dipelajari kalo mau buka-buka cabang gitu, jadi rasanya ga akan beda sama yang di sana juga, wow endeus mak!

Di Bandung, Hakata Ikkousha ini baru buka tahun 2013 terletak di Jl. L. L. Re. Martadinata alias Jl. Riau, sebelumnya mereka buka di Jakarta, di daerah Kelapa Gading dan Senayan, kalo di sana salah satu cabangnya tuh menggunakan pork, tapi yang di Bandung engga kok. Tempatnya ga besar-besar amat, dan kebanyakan meja cukup untuk 4-6 orang. Seperti warung sih, jadi ga spesial kalo dari si venue.

Langsung review aja ya! Aku kemarin pesan menunya mie ramen ayam tam-tam dan masnya pesen mie ramen miso/tauco, (masnya itu pacarku, di blog ini aku panggil dia masnya ya) masnya tuh suka pesen yang aneh-aneh, kalo aku pesen itu karena sebelumnya aku tanya rekomendasi dari waitressnya, antara ramen kuah naga merah atau ramen ayam tam-tam dan si mba rekomen ayam tam-tam selalu jadi favorite, fyi kuah naga merah itu kuah yang pedes tapi aku ga jadi coba, padahal aku suka makanan berkuah itu pedes-pedes banget gimana gitu kan enak ya. Yaudahlah kata masnya kalo mau pedes tambahin aja cabe bubuk, selesai toh masalah (hoho bener juga).

Begini penampakannya setelah mereka datang:

Atas: Ramen Miso/Tauco, Bawah: Ramen Ayam Tam-Tam


Aku coba yang punya masnya, rasanya asin gitu kuahnya, yaiyalah namanya juga miso, terus si tauconya tuh dipisah, jadi kalo ga mau tambah asin yaudah tauconya jadi pajangan aja. Enak kok, tapi biasa aja, ga wow, walaupun kuahnya ga akan kamu temuin di manapun (sepertinya) karena kuahnya punya cita rasa sendiri. Nah, sekarang yang tadi direkomen sama si mba, ramen ayam tam-tam, pertama aku coba kuahnya, enak banget! Walaupun agak terlalu berminyak, semua bahannya seger, kerasa banget bahan-bahannya berkualitas, cuman walaupun aku udah tambahin bumbu cabe sebanyak dosa tetep ga pedes-pedes, di meja disediain berbagai macam ramuan buat ngeramu ramen kamu. Terus kita bahas mienya, mienya enak juga, ga kematengan, ga mentah-mentah banget juga, pas pokoknya. Aku rasa, mie yang ini belum aku temuin di ramen-ramen lain, jadi unik dan kerasa ramen banget (padahal ga tau mie ramen asli kaya apa).

Untuk harga, worth it kok, dengan harga range dari Rp. 50rb-65rb karena aku yakin kamu ga akan nemu rasa beginian di ramen lain. Unik! Oh ya, enaknya di sini ocha panas-dinginnya bisa di refill, hihi kusuka!

Mungkin segitu aja review dari Restoran Hakata Ikkousha, selamat mencoba!