Friday, 18 March 2016

Orthodontical Treatment

Holla!

Aku akan membahas tentang pengalamanku melakukan perawatan orthodonti atau yang lebih dikenal dengan pemasangan behel. Langsung aja tanpa basa-basi, dirawat ortho itu sakit! Sakit banget loh, jadi kalo ada pembaca yang numpang lewat dan kepikiran buat melakukan perawatan ortho jenis ini bakal tersiksa sampe bertahun-tahun. Siapkan mental, waktu dan tentunya dana. Aku akan jabarkan step-step apa aja yang akan dilalui oleh para -pejuang gigi rapi-

Pertama, seperti pada umumnya ya aku memilih dokter gigi mana yang akan aku datangi untuk perawatan ortho, bingung sih tentang nyari dokter yang murceu tapi bukan abal-abal, akhirnya dapat juga rekomendasi dari beberapa orang tentang perawatan ortho di RSGM Universitas Padjajaran, Bandung. Letaknya di Jl. Sekeloa, Dipatiukur. Harganya miring, ya kalo kita ke dokter sp orthodonti yang buka klinik sendiri, jarang yang di bawah Rp. 5 juta, tapi kalo di RSGM Unpad itu spesialisnya aja Rp. 5 juta, jadi lumayan murceu kan ya? Nah, tapi uang segitu dapet darimana duh namanya juga mahasiswa ya, ga mau terlalu ngerepotin orang tua karena perawatan ini masih full disponsori sama mamah dan bapa, aku nyari informasi lagi di pusat informasi RSGM dan dapatlah harga Rp. 3,5 juta. Tapi bukan sama spesialis, melainkan dirawat oleh residen spesialis orthodonti. Setelah itu ketemu dokternya dan yang bikin kaget adalah, informasi yang aku dapet itu, agak sedikit salah, jadi Rp. 3,5 juta tuh buat yang memiliki masalah dengan rahang, kalo aku, karena cuman gigi aku yang konflik, aku cuman kena biaya perawatan Rp. 2,5 juta aja. Tau ga, kalo di klinik sp ortho tuh biaya cetak gigi bisa nambah sekitar Rp. 600ribu, tapi kalo di sini harga tadi udah termasuk cetak gigi. Jadi shock sendiri, karena udah nyiapin budget di atas itu. Syukurlah, fyuh! Fyi, bayarnya juga dicicil hahaha.

Info:
Kalo ada viewers di sini yang mau melakukan perawatan ortho, harus dan wajib ke spesialis orthodonti ya! Dokter gigi umum sekalipun ga memiliki hak untuk melakukan perawatan orthodonti, soalnya perawatan ortho itu punya ilmu sendiri, dan ga bisa didapet dengan ikut seminar-seminar gitu, nah kenapa aku pake residen orthodonti? Karena murceu nya itu... Tapi, residen ortho memiliki hak karena mereka adalah mahasiswa calon spesialis ortho, mereka udah dilantik jadi drg, tapi belum spesialis, aman kok karena perawatan kita juga diawasi oleh dosen mereka, yang bukan lain adalah spesialis orthodonti.

Kedua, foto gigi atau mungkin tepatnya rontgen dan perbaikan gigi-gigi berlubang, masalahnya adalah gigiku itu berlubang banyak, jadi harus ditambal dulu, aku habis untuk nambal gigi pake sinar itu sekitar Rp. 800rb untuk 6 gigi, apa 8 ya? Lupa. Perawatan penambalan gigi dilakukan sama dokter yang berbeda, yang ini bisa umum kok. Terus untuk foto gigi, aku foto di Lab Pramita, aku foto gigi dua jenis yaitu panoramic dan cephalomentri, biayanya Rp. 400rb. Seharusnya sih ada step pembersihan karang gigi, tapi aku engga disuruh karena gigiku ga ada karangnya, yuhu!

Ketiga, cetak gigi, cetak gigi itu ugghh enek, baunya sih enak kaya peppermint gitu, tapi diteken sampe ke deket kerongkongan jadi kan suka mual, dan prosesnya ya agak lama, nunggu 10 menit untuk satu rahang. 

Keempat, pemasangan karet separator, ini sakit banget! Aku susah makan selama 3 hari, jadi si karet kampret ini dipasang di empat gigi yang bakal ditaruh ring kawat, karena pemasangan ring itu butuh ruang, jadi si 4 gigi ini diregangkan secara paksa, barulah ring itu bisa masuk.

Kelima, pemasangan bracket dan teman-temannya, inilah yang ditunggu-tunggu setelah sekitar sebulan lamanya aku bulak-balik ngurusin pra-perawatan ortho, akhirnya dipasang juga! Setelah dipasang aku susah senyum, dan ngerasa ada benda asing di gigiku, sehari kemudian penderitaanpun dimulai, sakit banget! Ga bisa makan apa-apa, cuman bisa bubur aja, bener-bener susah makan, gigi ketemu gigi tuh rasanya wiiiiiingggg gitu, linu banget. Tapi aku denger dari cerita temen, mereka tuh sakit sampe 2 minggu, tapi karena aku anaknya suka makan dan akan melalui apapun untuk makan, akhirnya sakit gigiku reda dihari ketiga, dan hari keempat udah ga berasa apa-apa. 

Mungkin sekian aja cerita step-step perawatan ortho-ku, semoga membatu pembaca untuk membayangkan bagaimana step yang akan dilalui saat akan merawat gigi kalian! :)

P.S: Please make sure that you NEED this orthodontical treatment, it won't makes you prettier when you wear it, I mean it. But if you really NEED this treatment, you shall go catch 'em, it will makes you prettier when you're done :)

Mom's Bakery, Feels Like Home

Holla!

Aku akan me-review tentang cafe sehat bernama "Mom's Bakery", tapi diselingi dengan curhat-curhat dikit ya!

Seperti biasanya masnya jemput aku di rumah, yang ga biasa itu dia dateng pagi-pagi, sekitar jam 9 udah sampe rumah dan seperti biasanya juga hari itu aku masih dandan di kamar. Masnya nunggu di ruang tamu dan aku siap-siap dandan rapi dan "sopan", karena bakal jemput ibu masnya di travel Cipaganti di daerah Pasteur. Akhirnya setelah siap-siap, cuss deh aku dan masnya ke TKP, tapi pas ditanya ibu masnya masih jauh banget sedangkan kita udah sampe pasteur. Dalam keadaan lapar, aku dan masnya akhirnya ambil kiri dan nemu tukang kupat tahu petis, yaudah deh kita melipir makan di situ. Lapar buuu, jadi ga konsen nyetir juga kata si masnya.

Setelah selesai makan, ditanya lagi ibu masnya udah deket, akhirnya kita turun ke travel, nunggu sebentar dan datanglah ibu masnya, setelah ambil barang dari bagasi mobil meluncurlah aku, masnya dan ibu masnya ke mobil masnya. Setelah itu kita makan (lagi) di food court sebelah heritage karena ibu masnya pengen es oyen dan siomay, perut aku dan masnya masih kenyang jadi aku sama masnya pesen dimsum aja 3 tray, dan si masnya pesen sekoteng panas di siang hari bolong (hobi banget mesen makanan-makanan unik tuh).

Waktu buat check-in di Hotel Panghegar itu jam 2 teng, jadi aku, masnya dan ibu masnya bingung mau kemana, sekitar jam 12an akhirnya memutuskan buat keliling heritage sama cascade, perasaan udah muter lama-lama eh masih aja jam setengah 1, puter otak dan puter hape, ibu masnya bilang mau cobain Mom's Bakery yaudah tanpa ba-bi-bu kesana deh kita.

Mom's Bakery itu ada di Jl. Progo No. 18, sebrang-sebrangan sama parkiran Jonas. Tempat parkirnya kecil, cuman muat beberapa mobil, dan pas masuk juga spot nongkrongnya ga begitu banyak, tapi menurutku tempatnya cozy, terus hangat, ACnya waktu kita dateng tuh dimatiin, tapi tetep ada angin sepoy-sepoy. Nentuin tempat buat duduk, masuk deh kita ke ruangan yang harumnya bukan main, wangi roti berbagai macam rasa, enak! Bikin rileks (iya sih aroma makanan selalu membuatku rileks) tapi sayang pas sampe sana, udah banyak jenis roti yang ga ada, jadi rumor-rumornya kalo mau komplit itu datengnya pagi-pagi, soalnya jam 10 pagi aja udah pada abis. Rotinya tuh sehat dari bahan-bahan terpilih, kalo ga salah semuanya gandum.

Pada akhirnya aku ga beli apa-apa, abis bingung kenyang banget, ibu masnya belanja banyak, ga tau rasanya apa aja, buat bapa masnya nanti di hotel kalo-kalo mau, terus masnya nyobain sandwich yang jadi rekomen menu di sini, kita disuruh milih mau rotinya apa, daging isiannya apa, terus dressingnya mau apa, pokoknya milih sendiri. Masnya milih black charcoal bread, terus diisi sama smoked beef, dressingnya pake cheesy olive, dan sausnya aku lupa, thousand island atau apa gitu. Untuk minumnya aku standard sih beli ice choco frappe (kalo ga salah namanya itu), masnya americano coffee, dan ibu masnya ice tea.  

Pas dateng, gede banget ternyata itu sandwich warnanya item (yaiyalah judulnya aja black charcoal), dagingnya tumpeh-tumpeh, banyak banget! Akhirnya masnya nyobain makanan yang di pesan, aku ngobrol ngalor-ngidul sama ibu masnya, terus kata masnya ini sandwich enak, tapi kebanyakan, jadilah aku juga ikut berpartisipasi buat ngabisin, pas nyobain itu, wow enak loh, kaya rasa gitu, dan ga pelit sama dagingnya, rotinya empuk enak beda dari yang lain, cheesy olive nya ga kebagian karena udah dicemilin ibu masnya, jadi itu sandwich gotong-royong kita abisin berdua.

Foto masnya ala-ala banget, semoga membantu memperlihatkan seperti apa tempatnya ya (kayanya engga ya?)
Kesimpulannya ga akan rugi dateng ke sana, dan worth it dengan harga yang well ga bisa dibilang murah, range roti-rotian sekitar Rp. 15-30ribu, ada juga variant cupcakes, cheese cake, dan lain lain mulai dari Rp. 25ribu dan untuk sandwich mulai dari Rp. 30ribu, ada menu untuk vegan juga, kalo yang masnya pesen itu Rp. 50rb. Range minuman dari Rp. 15ribuan, yang aku pesen itu Rp. 30rb. Minumannya sih standarlah ya namanya ice choco frappe, masa ga enak?

Kesimpulannya, cobain deh! Apalagi sadwichnya top deh!

Semoga review ini membantu ya, segitu dulu dari aku see you!

Thursday, 17 March 2016

Hakata Ikkousha, Best Ramen in Town!

Holla!

Kali ini aku ingin so-soan me-review salah satu restoran ramen yang buka cabang di Kota Bandung. Sedikit cerita tentang Hakata Ikkousha, mereka merupakan restoran yang berasal dari Jepang yaitu dari daerah Fukkuoka Hakata, ramen ini merupakan ramen terbaik di sana. Bahan-bahannya fresh dan langsung diimpor dari sana, juga si kuahnya itu merupakan warisan yang emang harus dipelajari kalo mau buka-buka cabang gitu, jadi rasanya ga akan beda sama yang di sana juga, wow endeus mak!

Di Bandung, Hakata Ikkousha ini baru buka tahun 2013 terletak di Jl. L. L. Re. Martadinata alias Jl. Riau, sebelumnya mereka buka di Jakarta, di daerah Kelapa Gading dan Senayan, kalo di sana salah satu cabangnya tuh menggunakan pork, tapi yang di Bandung engga kok. Tempatnya ga besar-besar amat, dan kebanyakan meja cukup untuk 4-6 orang. Seperti warung sih, jadi ga spesial kalo dari si venue.

Langsung review aja ya! Aku kemarin pesan menunya mie ramen ayam tam-tam dan masnya pesen mie ramen miso/tauco, (masnya itu pacarku, di blog ini aku panggil dia masnya ya) masnya tuh suka pesen yang aneh-aneh, kalo aku pesen itu karena sebelumnya aku tanya rekomendasi dari waitressnya, antara ramen kuah naga merah atau ramen ayam tam-tam dan si mba rekomen ayam tam-tam selalu jadi favorite, fyi kuah naga merah itu kuah yang pedes tapi aku ga jadi coba, padahal aku suka makanan berkuah itu pedes-pedes banget gimana gitu kan enak ya. Yaudahlah kata masnya kalo mau pedes tambahin aja cabe bubuk, selesai toh masalah (hoho bener juga).

Begini penampakannya setelah mereka datang:

Atas: Ramen Miso/Tauco, Bawah: Ramen Ayam Tam-Tam


Aku coba yang punya masnya, rasanya asin gitu kuahnya, yaiyalah namanya juga miso, terus si tauconya tuh dipisah, jadi kalo ga mau tambah asin yaudah tauconya jadi pajangan aja. Enak kok, tapi biasa aja, ga wow, walaupun kuahnya ga akan kamu temuin di manapun (sepertinya) karena kuahnya punya cita rasa sendiri. Nah, sekarang yang tadi direkomen sama si mba, ramen ayam tam-tam, pertama aku coba kuahnya, enak banget! Walaupun agak terlalu berminyak, semua bahannya seger, kerasa banget bahan-bahannya berkualitas, cuman walaupun aku udah tambahin bumbu cabe sebanyak dosa tetep ga pedes-pedes, di meja disediain berbagai macam ramuan buat ngeramu ramen kamu. Terus kita bahas mienya, mienya enak juga, ga kematengan, ga mentah-mentah banget juga, pas pokoknya. Aku rasa, mie yang ini belum aku temuin di ramen-ramen lain, jadi unik dan kerasa ramen banget (padahal ga tau mie ramen asli kaya apa).

Untuk harga, worth it kok, dengan harga range dari Rp. 50rb-65rb karena aku yakin kamu ga akan nemu rasa beginian di ramen lain. Unik! Oh ya, enaknya di sini ocha panas-dinginnya bisa di refill, hihi kusuka!

Mungkin segitu aja review dari Restoran Hakata Ikkousha, selamat mencoba!